Pramusim IBL 2026 dipenuhi berbagai kabar mengejutkan yang mengubah peta kekuatan dan dinamika antar pemain. Dua kisah perpisahan menjadi sorotan utama: berakhirnya kebersamaan sembilan tahun antara Yesaya Saudale dan Muhamad Arighi, serta perpisahan emosional Avan Seputra dengan Satria Muda setelah lebih dari satu dekade bersama. Kedua perubahan ini bukan hanya memengaruhi susunan pemain, tetapi juga memutus rutinitas, chemistry, dan hubungan panjang yang telah dibangun selama bertahun-tahun.

Perpisahan pertama datang dari Tangerang Hawks yang resmi mengontrak Yesaya Saudale untuk musim 2026. Kepindahan tersebut otomatis mengakhiri duet ikoniknya bersama Muhamad Arighi yang sudah terjalin sejak masa kuliah. Keduanya tidak hanya rekan setim di Pelita Jaya, tetapi juga sahabat dekat yang membangun chemistry dalam hampir setiap aspek permainan. Selama sembilan tahun mereka saling melengkapi di lapangan, baik dalam transisi offense maupun defense, membuat keduanya menjadi salah satu pasangan guard paling solid dalam liga.

Yesaya mengaku bahwa perubahan terbesar bukan sekadar seragam baru, melainkan hilangnya rutinitas bersama Arighi—rutinitas yang menjadi bagian dari hidupnya selama hampir satu dekade. Ia menyebut bahwa keakraban itu telah membentuk kenyamanan tersendiri dalam pertandingan, terutama pada momen-momen krusial. Dalam situasi clutch, Yesaya selalu yakin melepaskan operan kepada Arighi karena keyakinannya bahwa sang rekan bisa menyelesaikan peluang dengan baik. Kini, untuk pertama kalinya, keduanya akan berhadapan sebagai lawan di IBL 2026, menandai awal babak baru bagi kedua pemain tersebut.

Kisah perpisahan lain yang tidak kalah emosional datang dari Satria Muda Pertamina Bandung. Klub biru tersebut resmi mengumumkan bahwa Avan Seputra tidak lagi menjadi bagian dari tim untuk IBL 2026. Pengumuman pada 18 November itu mengejutkan banyak penggemar mengingat kontribusi dan loyalitas Avan selama 13 tahun. Ia bukan hanya pemain, tetapi bagian penting dari sejarah dan budaya tim.

Avan memulai perjalanan bersama Satria Muda sejak 25 September 2012. Lulus dari IPH Surabaya dan tampil di Timnas Indonesia U-18 bersama Kevin Yonas, Kristian Liem, dan Laurentius Steven Oei, ia tumbuh menjadi salah satu figur paling konsisten dalam liga nasional. Perannya dalam berbagai era menunjukkan betapa besar pengaruhnya bagi tim. Avan menjadi bagian kunci dari beberapa pencapaian penting Satria Muda: juara NBL 2015, final 2017, juara IBL 2018, juara 2021, dan juara 2022. Pada 2019, ia kembali dipercaya memperkuat Tim Nasional Indonesia di SEA Games Filipina.

Musim 2025 menjadi puncak performanya sebelum berpisah. Dalam pertandingan melawan Bali United, Avan mencatatkan rekor luar biasa: mencetak 21 poin hanya dalam 20 menit 11 detik. Ia masuk buku rekor IBL setelah menyelesaikan tujuh dari tujuh tembakan tiga angka, ditambah satu assist dan satu steal tanpa melakukan turn over. Penampilan tersebut menjadi simbol kualitas dan profesionalismenya hingga akhir masa baktinya untuk klub.

Kedua kisah perpisahan ini menegaskan bahwa IBL 2026 akan membawa dinamika baru. Perubahan besar seperti ini tidak hanya memengaruhi susunan pemain, tetapi juga chemistry yang telah dibangun bertahun-tahun. Para penggemar kini menantikan bagaimana Yesaya Saudale beradaptasi bersama Tangerang Hawks, dan bagaimana Satria Muda mengisi kekosongan yang ditinggalkan salah satu pemain paling loyal dalam sejarah klub.

Satu hal yang pasti: IBL 2026 akan menjadi musim penuh emosi, transisi, dan kejutan. Dan dua perpisahan ini menjadi babak awal dari cerita besar yang sedang dibangun menuju tip-off Januari mendatang.

Postingan terkait